Di Museum ini akan membangkitkan ingatan bagaimana kisah arek-arek Suroboyo dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan pada 10 November 1945 silam.
Masuk ke plataran museum ini akan terlihat Tugu Pahlawan yang menjulang. Tugu setinggi 45 meter ini ni menjadi ikon Kota Surabaya di kancah nasional maupun Internasional. Tugu yang diresmikan oleh Presiden Soekarno ini pada tahun 1951 untuk mengenang pertempuran 10 November.
Di tugu ini berdiri bekas kantor milik pemerintahan Inggris yang tergabung dalam NICA. Kemudian kantor megah itu diberangus oleh arek-arek Suroboyo.
Untuk melengkapi Tugu Pahlawan ini, dibangun museum bawah tanah. Momentum Hari Pahlawan biasanya membawa berkah tersendiri bagi Museum 10 November Surabaya. Museum yang terletak di bawah tanah ini kerap kebanjiran pengunjung.
Memasuki museum, pengunjung akan menuruni dua tangga. Di kiri dan kanan jalan tersebut akan terlihat sejumlah relief yang menggambarkan pertempuran 10 November. Tiba di lantai dasar, akan langsung bertemu dengan Hall of Fame, yakni gugusan patung yang menggambarkan arek-arek Suroboyo dalam berjuang. Dalam patung itu, ada yang berdiri tegak, tertunduk, bahkan ada yang tewas terkabar karena tertembak peluru penjajah.
"Gugusan patung ini menggambarkan perjuangan tanpa pamrih arek-arek Suroboyo ketika melawan sekutu," kata Jajan Rijanto, perawat Museum kepada okezone, Rabu (10/11/2010).
Tepat di sebelah kanan Hall of Fame, terdapat gugusan patung yang menggambarkan suasana pejuang saat mendengarkan pidato Bung Tomo. Di tempat ini pengunjung serasa kembali ke 65 tahun silam. Saat itu, Bung Tomo sedang berpidato yang berapi-api membakar semangat arek-arek Suroboyo.
Jajan menceritakan, pada bulan September terjadi penyerangan terhadap markas Jepang oleh pejuang pribumi. Sementara itu, pasukan sekutu telah ada di Surabaya. Suasana kota semakin panas sejak terjadinya Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Pertempuran itu menewaskan Brigjen A.W.S Mallaby. Inggris marah dan mendatangkan bantuan di bawah Mayor E.C. Mansergh dan terus memberikan ultimatum kepada arek-arek Surabaya untuk menyerahkan senjata pada tanggal 9 November sebelum pukul 18.00 WIB.
Jika ultimatum tidak dipenuhi, Surabaya akan diserang pada tangggal 10 November dari Darat, Laut dan Udara. Bung Tomo, pimpinan BPRI membangkitkan semangat arek-arek Surabaya untuk melawan pasukan Inggris dan NICA (Nederlandsch Indiƫ Civil Administratie).
Pekik semangat Bung Tomo sempat membuat merinding bulu kuduk. Dalam pidato itu, digambarkan bagaimana tentara sekutu yang datang hendak menjajah kembali bumi Indonesia. Gema takbir yang didengungkan Bung Tomo sontak membuat semangat arek-arek terbakar. "Suara ini asli suara Bung Tomo, begitu juga radionya, juga milik beliau," katanya.
Di samping tempat tersebut terdapat senjata yang digunakan arek-arek Suroboyo saat berperang. Tiga buah bambu runcing setinggi 1,5 meter. Bambu yang ujungnya dilancipkan ini menjadi senjata pejuang melawan senjata milik sekutu yang berteknologi canggih. Konon, kata Jajan, bambu ini sebelum digunakan perang diberi asma atau jampi-jampi.
Terakhir, akan disuguhi pertunjukan film-film perjuangan di salah satu ruang meseum. Beberapa film tentang perjuangan, salah satunya film Janur Kuning. Puas berkunjung ke dalam Meseum, pengunjung bisa duduk-duduk santai disamping tugu pahlawan. Di desain yang asri membuat pengunjung betah berlama-lama disini sambil berfoto-foto ria
[ Video ] Pidato Bung Tomo 10 Nov 1945
sumber