Di dalam kurun kehidupan di masa belia, seseorang bisa keranjingan membubuhkan rajah (tattoo) pada tubuhnya dengan berbagai motivasi. Ada yang ingin sekedar nampak cool, ada yang merajah tubuhnya sebagai simbol identitas gengnya, ada yang melukis tatto untuk menyatakan ‘cinta abadinya’ kepada sang pacar dan sebagainya. Namun waktu terus berjalan dan si penyandang tato pun mengalami perubahan dalam hidupnya. Dia sekarang sudah mempunyai karier yang mantap, dia sudah berkeluarga dan mempunyai anak-anak dan mempunyai pandangan hidup yang sudah berubah. Dan pada saat inilah timbul keinginan untuk menghilangkan tato yang selalu menemaninya ke mana pun dia pergi. Namun dia lupa pada nasehat orangtua yang mengatakan bahwa tato itu abadi sifatnya dan akan dibawa terus sampai akhir hayat.
Hasil survei di Amerika menunjukkan sekitar 17 persen penyandang tato menyatakan penyesalan sudah merajah dirinya dan berupaya untuk menghapusnya. Alasan penyesalan ini diantaranya karena waktu itu masih terlalu muda dan belum berpikir panjang, karena baru ‘menyadari’ tato ini permanen sifatnya, atau merasa malu (embarrassed) dan memang sudah ‘bosan’ dengan gambar yang menempel di tubuhnya ini. Di zaman silam, menghapus tato hampir muskil dilakukan tanpa memberikan efek buruk pada estetika kulit. Umumnya bekas tato akan meninggalkan cacat berupa jaringan parut (scar) atau keloid dan yang menyedihkan gambar tato itu pun tidak lenyap sepenuhnya. Upaya yang pernah dilakukan di masa lalu untuk ‘menghapus’ tato ini antara lain dengan dermabrasion (dengan ‘mengamplas’ permukaan kulit), salabrasion (dengan menggosokkan larutan garam/salt pada permukaan kulit), cryosurgery (dioperasi dengan membekukan sel-sel kulit). Bahkan di zaman yang lebih baheula, tato ini dicoba untuk dihapus dengan cara menyuntikkan anggur (wine), larutan kapur gamping (lime), larutan bawang putih (garlic) dan tahi burung merpati (pigeon excrement) ke sekitar tato.
Beruntunglah di masa kini, ada metode penghapusan tato yang aman, tidak meninggalkan bekas jaringan parut yang mengerikan dan praktis menghilangkan gambar tato ini secara paripurna. Metoda mutakhir ini adalah dengan cara penyinaran laser atau Q-switched lasers. Dengan penyinaran laser ini, maka tinta yang terpendam di bawah kulit akan mengalami penguraian (breakdown) dan selanjutnya fragmen kecil-kecil tinta ini akan diserap perlahan-lahan oleh tubuh. Namun kepekaan berbagai warna tato ini menyerap sinar laser berbeda-beda. Warna hitam dan biru paling mudah diurai oleh sinar laser ini dan paling mudah dihilangkan. Sebaliknya warna merah, kuning dan hijau lebih sulit dihilangkan. Ini disebabkan pigmen tinta ini masing-masing memiliki spektrum absorbsi sinar (light absorption spectra) yang spesifik. Oleh karenanya, alat Q-switched laser ini juga dibuat beragam spesifikasinya dengan menghasilkan panjang gelombang (wavelength) yang disesuaikan dengan kepekaan tiap-tiap warna. Untuk menghilangkan tato yang berwarna-warni, operator perlu menggunakan 3 sampai 4 jenis Q-switched lasers. Alat yang hampir sempurna menghilangkan tato ini mulai dikembangkan sejak tahun 2006.
Bagaimana rasanya ‘ditembak’ dengan sinar laser penghilang tato ini. Ternyata rasa sakitnya melebihi ’penderitaan’ pada waktu dirajah. Pasien akan merasakan rasa sakit seperti kecipratan minyak goreng panas atau seperti dijepret dengan karet gelang (rubber band). Untuk mereka yang tidak tahan sakit maka akan diberi anestesi lokal. Penembakan sinar laser ini juga membutuhkan beberapa kali kunjungan (session) dengan jarak masing-masing sesi sekitar 6 minggu. Jumlah kunjungan tergantung dari jenis kulit, lokasi, warna tato, jumlah tinta, kecenderungan terbentuknya jaringan parut. Tato yang dikerjakan secara ’profesional’ (pada tattoo studio) lebih mudah dihilangkan dibandingkan dengan tato yang dibuat sendiri secara amatir. Ini disebabkan karena pada tato yang dibuat sendiri, kedalaman tinta yang tertanam di bawah kulit bisa berbeda-beda. Beaya laser tattoo removal ini juga tidak murah yaitu berkisar antara 250 sampai 850 dollar per sesinya.
Di negeri kita, salah satu alasan untuk menghapus tato adalah karena ingin mendaftarkan diri menjadi anggota militer atau polisi, karena salah satu persyaratan khususnya adalah ’tidak bertato’ dan juga ’tidak bertindik’ (tindik kuping, tindik pusar, tindik lidah dan lainnya). Sayang sekali upaya menghilangkan tato ini kadangkala dilakukan secara serampangan antara dengan ’menyeterika’ tato atau membubuhkan cuka para pada tato, sehingga menimbulkan cacat jaringan parut atau keloid yang parah.
sumber