senja 17 Headline...

Debat Kusir?

“Apakah anda yakin Muhammad itu ada?”
“Oh yakin“
"Apakah anda yakin dia itu seorang Nabi?”
“Oh Apa itu Nabi?”
“Yaitu seseorang yang menerima wahyu atau bisikann firman dari Tuhan.”
“Kalau itu saya ragu”
“Kenapa ragu?”
“Karena saya tidak pernah tahu kapan dia dibisikan Tuhan wahyu.
Dan yang paling meragukan saya, apakah Tuhan itu ada?”
“Kenapa anda ragu?”
“Ya karena saya belum pernah melihat Tuhan. Belum pernah mendengar suara Tuhan. Belum pernah merasakan Tuhan?”
“Apakah anda tidak pernah merasa kagum akan alam dan segala isinya?”
“Kalau itu sering”
“Apakah anda tidak pernah berpikir bahwa rasa kagum anda itu adalah sentuhan rasa Tuhan di hati anda?”
“Pernah, tapi sekarang mulai ragu apakah itu dari Tuhan atau tidak.”
“Apakah anda pernah merasa sedih melihat orang lain dibunuh?”
“Oh selalu.”
“Apakah anda tidak berpikir bahwa rasa sedih dan haru itu dari Tuhan?”
“Pernah. Tapi sekarang tidak.”
“Apakah anda tidak takut bersikap takbur begitu?”
“Apa itu takbur?”
“Yaitu perasaan sombong karena melecehkan dan mendahului kekuasaan Tuhan.”
“Apa hubungannya saya merasa sedih tidak saya yakini sebagai dari Tuhan, dikatakan sebagai sombong?”
“Ya karena anda terlalu yakin dengan diri sendiri sehingga mencampakkan Tuhan dalam kesadaran anda.”
“Apa saya harus memaksakan diri? jika yang saya rasakan itu saya yakini hanya sebagai gejala alamiah yang manusiawi?”
“Memang tidak ada yang memaksa. Tapi apa anda tidak takut?”
“Apa hubungannya mengakui apa yang saya rasakan apa adanya dengan rasa takut?”
“Ya karena anda melupakan Tuhan.”
“Memangnya anda sendiri yakin Tuhan itu ada?”
“Oh yakin sekali.”
“Kenapa anda yakin?”
“Karena memang Tuhan itu ada dan Maha Kuasa.”
“Bisakah anda buktikan bahwa Tuhan itu ada?”
“Bisa. Dengan merenungkan citptaanNya.”
“Mana ciptaan Tuhan?”
“Ya alam dan segala isinya.”
“Kenapa anda katakan itu ciptaan Tuhan? Kapan anda melihat ada sosok yang bernama Tuhan sedang menciptkan alam?”
“Memang saya tidak pernah melihat Tuhan ketika menciptkan alam. Tapi adanya alam menunjukkan bahwa ada yang menciptkannya. Dan pembuatnya adalah Tuhan.”
“Anda tidak pernah melihat Tuhan sedang membuat alam. Tapi kenapa anda begitu yakin bahwa Tuhan itu ada?”
“Ya karena tidak mungkin ada sesuatu tapi tidak ada yang menciptakannya.”
“Bagaiaman jika ternyata memang tidak ada yang menciptkannya?”
“Itu tidak mungkin. Apa mungkin alam ada dengan sendirinya?”
“Kenapa anda katakan tidak mungkin. Itu kan imajinasi anda?”
“Secara logika kan tidak mungkin ada anda kalau tidak ada ibu anda yang melahirkan.”
“Kalau itu jelas. Karena anda atau siapapun tahu dan pernah melihat manusia melahirkan. Kalau tentang Tuhan? Siapa yang pernah melihatnya?”
“Ah anda terlalu banyak menggunakan akal.”
“Lantas dengan apa lagi?”
“Ya dengan hati.”
“Oya? Bagaimana caranya?”
“Ya dengan rasa.”
“Bagaimana rasa bisa membuktikan bahwa Tuhan itu ada?”
“Ya perasaan takjub, sedih, cinta dan seterusnya.”
“Kenapa anda mengatakan itu bukti adanya Tuhan?”
“Karena tidak mungkin rasa itu ada kalau tidak ada yang menciptkannya.”
“Kapan anda melihat ada yang membuatnya?”
“Ya perasaan saya mengatakan begitu.”
“Kalau saya dan orang lain tidak merasakan seperti yang anda rasakan?”
“Ya itu karena mereka mengingkari sentuhan Tuhan yang terasa dalam hati.”
“Okey. Bagaimana anda membedakan antara rasa yang timbul karena sedang disentuh Tuhan dengan yang hanya perasaan anda saja?”
“Kalau baik itu berasal dari Tuhan tapi kalau buruk itu dari godaan setan.”
“Setan? Apa apa anda pernah melihatnya?”
“Melihat tidak tapi merasakan godaannya pernah.”
“Kenapa anda yakin itu godaan setan?”
“Karena setan memang kerjanya membujuk manusia agar berbuat jahat.”
“Siapa yang mengatakan?”
“Dalam Aquran begitu.”
“Anda langsung percaya?”
“Tentu karena saya beragama Islam.”
“Karena beragama Islam maka secara otomatis anda langsung percaya. Kenapa harus?”
“Karena itulah rukun iman dalam Islam, percaya bahwa setan itu ada.”
“Kenapa anda langsung percaya sedang anda belum pernah membuktikannya?”
“Karena memang sudah ditulis dalam Alquran.”
“Kenapa anda begitu yakin dengan Alquran?”
“Karena itu firman Tuhan?”
“Kapan anda melihat Tuhan berfirman?”
“Alquran mengatakan begitu bahwa ayat-ayat Alquran itu wahyu yang diturunkan Tuhan pada Nabi Muhammad.”
“Apa anda langsung percaya?”
“Tentu.”
“Kenapa?”
“Karena ituah syaratnya untuk beragama Islam. Yaitu percaya pada Kitab Suci.”
“Bolehkah saya berkata jujur?”
“Silahkan. Apa yang ingin anda katakan?”
“Anda tolol!”
“Lho? Kenapa anda katakan saya tolol?”
“Karena meyakini sesuatu yang tidak pernah anda buktikan.”
“Ya tapi saya yakin.”
“Apakah itu bukan keraguan namanya?”
“Tidak. Saya begitu yakin!”
“Apa bisa yakin itu tanpa dibuktikan?”
“Bisa.”
“Caranya?”
“Ya dipupuk keyakinan itu terus menerus.”
“Oh... maksudnya diyakin-yakinkan?”
“Hahaha.... kenapa anda bilang begitu?”
“Karena keyakinan anda dibuat buat.”
“Lho?”
“Apa yang lho?”
“Pernyataan anda.”
“Ya itu yang pantas untuk anda.”
“Itu kan hak saya.”
“Siapa yang melarang anda?”
“Soalnya kenapa anda mengkritik keyakinan saya?”
“Tapi kita diskusi?”
“Ya tapi anda menyudutkan keyakinan saya.”
“Itu kan perasaan anda.”
“Ya tapi saya kan manusia. Punya perasaan.”
“Saya juga.”
“Ya berarti jangan menghina keyakinan saya.”
“Itu perasaan anda. Saya tidak bermaksud menghina.”
“Ya sudah kalau begitu.”
“Okey. Kita akhiri Debat Kusir ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...