"Korupsi zaman orde baru dan sekarang beda. Kalau dulu terpimpin di bawah presiden. Kalau sekarang di banggar. Ketika muncul Nazar (mantan Bendahara Umum Partai Demokrat), terlihat generasi baru koruptor," ujar Sekretaris Jenderal Transparency Indonesia Teten Masduki, dalam seminar Centre for Stategic and International Studies bertajuk 'Selamat Tinggal Politik Transaksional, Selamat Datang Politik Bermartabat?', di Jakarta Selatan, Selasa (6/12).
Teten menguraikan ada dua bentuk korupsi. Pada zaman orde baru, lanjutnya, korupsi dipimpin dari dalam istana dan sistematis.
"Pembagiannya jelas. Kalau tidak sejalan, bisa ditebas kekuasaan," ujar Teten.
Namun, saat ini, korupsi justru serampangan. "Korupsi berdiri sendiri dan kekuasaan politik besar tidak ada untuk menebang korupsi saat ini," ujarnya.
KPK, kata Teten, saat ini justru tidak bekerja secara efektif. Pasalnya, KPK tidak bekerja di hulu, melainkan di hilir berdasarkan pengaduan yang masuk.
"KPK 'nebang' di mana-mana dan akhirnya 'ngos-ngos'an. Ini perlu strategi khusus," ujarnya.
Ia berpendapat KPK seharusnya memilih bidang mana yang mau dibabat lebih dahulu.
"Kalau saya, korupsi politik dan mafia hukum harus dibabat duluan," ungkapnya. "Dalam sebuah negara yang tingkat korupsi politik dan birokrasinya tinggi, tidak bisa dilakukan dari internal. Sederhana saja, tidak ada political will-nya." (sumber)