Pesta demokrasi 2014, khususnya pilpres, jauh-jauh hari sudah diramaikan proyeksi mistis. Termasuk di dalamnya sinyal-sinyal tokoh politik yang mempunyai kans besar menduduki kursi presiden. Bahkan, hitungan mistis ini kabarnya sudah mempengaruhi bursa capres/cawapres di internal Partai Demokrat.
Adanya proyeksi mistik di internal partai penguasa itu tidak ditampik oleh seorang sumber yang berada di kalangan elit Partai Demokrat. Sumber yang tak mau disebut namanya itu mengungkapkan, seorang waskita yang dipercaya petinggi Demokrat, telah menggambarkan hasil akhir pilpres 2014. Tokoh waskita itu menganalogikan, pada 2014, "ayam berbulu hijau telah disembelih".
Disebut-sebut, "ayam berbulu hijau telah disembelih" dimaknai sebagai sinyal bahwa tokoh berlatar belakang militer kecil kemungkinannya memenangi Pilpres 2014. Menurut sumber itu, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan sinyalemen mistis ini sebagai acuan pencalonan presiden 2014.
Terlepas benar atau tidak sinyalemen mistis tersebut, memang ada kemungkinan SBY lebih merestui pencapresen Hatta Rajasa. Hatta yang berlatar belakang sipil, memang memiliki kedekatan khusus dengan SBY, apalagi Hatta menjadi besan SBY. Kans Hatta sebagai capres akan mengungguli Djoko Suyanto yang memiliki latar belakang militer.
Hanya saja, di internal Partai Demokrat pun cenderung mendukung capres sipil pasca kekuasaan SBY. Anas Urbaningrum dipandang sebagai capres sipil paling potensial untuk maju di Pilpres 2014. Untuk itulah para loyalis Anas di Demokrat haqul yakkin mendukung Anas, kendati sang ketua umum ini posisinya terancam kasus hukum.
Diakui ataupun tidak, SBY sejak awal memang kurang mendukung pencalonan Anas sebagai Ketum PD, apalagi sebagai capres. Namun demikian, Anas tetap punya hak untuk maju sebagai capres 2014. Adapun terkait kasus hukum yang dikhawatirkan akan membelitnya, Anas memiliki sejumlah jalan keluar. Atau dalam hal ini bisa dikatakan Anas mempunyai bargaining power. Sempat muncul sinyalemen liar, kasus skandal karupsi Wisma Atlet Jaka Baring ataupun Proyek Hambalang, peran Anas justru lebih kecil dibanding elit Partai Demokrat yang lain. Bahkan disebut-sebut, Proyek Hambalang atas persetujuan SBY.
Entah benar atau tidak sinyalemen liar itu, yang jelas SBY tidak bisa menekan Anas dengan semena-mena. Yang bisa dilakukan hanyalah dengan mencarikan lawan politik Anas dari sosok non militer. Tokoh politik itu tidak lain adalah Hatta Rajasa. Hatta yang didukung Amien Rais, dipandang mampu menandingi Anas dalam hal basis massa.
Sumber